PALANGKA RAYA - Keberadaan bundaran besar Palangka Raya yang saat ini berdiri megah ditengah - tengah pusat ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakatnya.
Bangunan yang baru selesai dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kalteng ini, menampilkan corak seni khas budaya yaitu sejenis Tameng atau alat bela diri senjata khas masyarakat adat Dayak.
Baca juga:
Kata Siapa JIS Tidak Sesuai Standar FIFA?
|
Dengan dana APBD Pemprov Kalteng senilai Rp 96, 8 Milyar rupiah dengan waktu jamak, dua tahun. Akhirnya bangunan yang memiliki tinggi yang belum diketahui pasti, namun diperkirakan sekitar lebih dari 50 meter itu selesai juga di awal tahun 2024.
Pembangunan/renovasi Bundaran Besar berupa iconic modern dengan tambahan antara lain bangunan manara Talawang, bangunan museum dan biorama, amphitheater (tempat duduk menonton pertunjukan), air kolam serta taman untuk penghijauan kota tanpa merubah eksisting tugu Bundaran yang sudah ada.
"Bundaran besar saat ini memiliki daya tarik tersendiri dari awal pembangunan sebelumnya, patut kita berbangga memimilikinya, " Kata Kristianto Tunjang atau disapa deden, Ketua Ormas BMT Kalteng.
Bangunan data center ini akan lebih indah pada saat menjelang malam hari akan terlihat sangat indah pemandangan sekitarnya, karena di hiasi dengan lampu warna - warni menghiasi bangunan menara berbentuk Talawang, dan disertai lampu sorot.
Deden, menginspirasi akan bangunan tersebut sebagai ciri khas perjuangan masyarakat Kalteng dalam mendirikan provinsi ini, untuk menggingatkanjasa - jasa para tokoh daerah ini.
Sebagai salah satu anak pejuang berdirinya provinsi Kalimantan Tengah ini, yaitu sosok Almarhum ayahnya bernama Diun Tunjang No Utut 17 dan Monumen ayah dari ketua umum Ormas Betang Mandau Telawang (BMT) Kalimantan Tengah ini, ada di desa Tangkahen, Kabupaten Gunung Mas.
"Sebagai salah satu pendiri daerah ini, saya mengusulkan ada tiga nama untuk bundaran besar Palangka Raya itu, " sebutnya menyampaikan saran.
Pertama, Bundaran Mandau Telawang, kedua Bundaran Betang Mandau Telawang dan yang ketiga Bundaran Telawang.
Disampaikan nya, arti pilosofi dari namanya sangat mengandung arti dalam bagi masyarakat Kalteng, yaitu Telawang melambang kekuatan magis yang mampu melindungi diri sendiri dari serangan musuh dan bangkitkan semangat serta Mandau merupakan senjata khas Dayak yang tidak terpisah dengan Telawang.
Betang, merupakan rumah adat khas dayak kalteng, yang secara harapiah diartikan tempat masyarakat dayak berkumpul baik untuk ada acara tertentu dan acara ritual lainnya.
"Mandau Telawang merupakan satu kesatuan senjata khas dayak, dan saya rasa pantas bisa diberi nama tersebut, " ungkap Ketua Umum BMT ini tersenyum santai.
Selain akan mengingatkan tokoh - tokoh pendiri kalteng ini, tentu juga Gerakan Mandau Telawang Pantja sila (GMTPs) memiliki peranan penting berdirinya bumi Tambun Bungai, Kalteng.